Siapa Bilang Memotret Sepak Bola itu Susah ?
Siapa bilang memotret olah raga itu susah ? Sebuah pertanyaan yang seringkali saya ajukan di depan forum ketika diundang menjadi pembicara mengenai foto olah raga. Pertanyaan ini seringkali terdengar provokatif dan memang lebih mudah dilontarkan daripada dilakoni.
Konsentrasi adalah hal utama yang harus diperhatikan. Bersiap juga terhadap momen tanpa bola yang seringkali justru menjadi momen terpenting dalam pertandingan tersebut. (Ingat Final Piala Dunia 2006 ketika Zinedine Zidane menanduk dengan kepala ke arah Marco Materrazi? Dan hanya Peter Schols seorang fotografer dari koran Belanda Dagblad de Limburger yang berhasil merekam momen tanpa bola tersebut)
Anda harus mampu menceritakan apa yang terjadi dalam drama 2x45 menit tersebut. Dan jikalau anda sangat mencintai olah raga ini, maka yang anda butuhkan di lapangan tinggal konsentrasi dan intuisi mencium bau pertandingan.
Sesuaikan peralatan fotografi yang anda miliki untuk menceritakan (telling the story) sebuah drama 2x45 menit di lapangan hijau. Passion terhadap fotografi dan sepak bola sedikit banyak akan membedakan foto anda dibandingkan karya fotografi orang lain. So, siapa bilang memotret sepak bola itu susah ?
Pertanyaan di atas tadi akan saya persempit lagi menjadi "Siapa bilang memotret sepak bola Indonesia itu susah ?" Sebuah ambiguitas karena kondisi infrastruktur pencahayaan yang ada di hampir seluruh stadion yang ada di Indonesia boleh bisa dibilang memprihatinkan.
Cahaya adalah material utama bagi seorang fotografer dalam berkarya. Jika pertandingan dimulai pukul 15.30 dan saat matahari masih bersinar dengan intensitas tinggi membuat aktivitas memotret sepak bola Indonesia sangat ideal. Tapi akan menjadi sulit jika kick-off dimulai pada pukul 18.30 karena pencahayaan stadion di Indonesia yang rata-rata minim dan jauh dari standar internasional.
Keluhan yang seringkali dilontarkan oleh para pemula yang ingin mulai belajar memotret sepak bola adalah peralatan. Suka atau tidak memang pemenuhan kebutuhan akan peralatan fotografi yang mumpuni akan mempermudah proses menikmati memotret sepak bola.
Tapi saya tidak akan berpanjang lebar berdebat mengenai peralatan fotografi yang saya yakin akan seperti debat kusir tanpa ujung pangkal. Saya justru ingin mengajak memahami bagaimana membuat foto sepak bola yang bisa 'bercerita" bukan sekedar adu kaki atau adu jotos saja.
Di sini saya justru ingin lebih menekankan bagaimana bercerita melalui lensa anda selama 2x45 menit pertandingan sepak bola tersebut. Penonton atau yang sering disebut sebagai suporter sepak bola, 22 pemain, wasit, hakim garis, lapangan, stadion adalah beberap unsur visual yang hadir di hadapan lensa kamera anda.
A Great Picture is one that immediately tells the story.
The viewer should, on his or her own
Be able to compose a story based on what they are viewing.
(Per Kjaerbye - Denmark)
Seringkali bahkan banyak fotografer olahraga yang sehari harinya memotret sepak bola masih terbius dengan bagaimana memotret sepakbola dari sisi action. Biasanya teknik freezing action yang digunakan dengan memakai speed minimal 1/800. Tidak salah memang, tapi keindahan cerita dan drama dalam sepak bola tidak berhenti di situ saja.
"Something that told the whole story :
The Event, The Personalities,
The Triumph and The Defeat"
(Salvatore Giglio - Italy)
"I love to photograph this game
because of its unpredictability and the passion the players
bring to the field,
whether they are playing in the street or in the Stade de France."
(Simon Bruty - Sports Illustrated)
"What I aim in football picture
is to show the dynamic of the game
in a peak action close-up an to tell the story of the match
through the reactions of the players and coaches."
(Thomas Kienzle - Associated Press Germany)
Anda harus mampu menceritakan apa yang terjadi dalam drama 2x45 menit tersebut. Dan jikalau anda sangat mencintai olah raga ini, maka yang anda butuhkan di lapangan tinggal konsentrasi dan intuisi mencium bau pertandingan.
"A Great football picture is one that captures your interest,
makes you inquisitive or surprises you.
It's the picture that demand your attention.
That can be due to the action in the picture, the position from which you made it,
the format, the emotion, the journalistic importance of the moment
or even the light."
(Peter Schols - Dagblad De Limburger)
